Sistem TKA SMA – Tes Kemampuan Akademik (TKA) untuk jenjang SMA adalah sistem evaluasi baru yang diperkenalkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) mulai tahun 2025.
Berbeda dari UN yang dulu wajib diikuti semua siswa kelas akhir, TKA bersifat sukarela (tidak wajib) dan tidak menentukan kelulusan siswa. Meski demikian, hasil TKA menjadi data objektif yang sangat penting sebagai bahan pertimbangan seleksi ke jenjang pendidikan berikutnya.
Artikel ini memaparkan fakta-fakta singkat namun penting seputar sistem TKA SMA, termasuk pengertiannya, tujuan, perbedaannya dengan UN, mata pelajaran yang diujikan, pelaksanaan, hingga pemanfaatan hasil TKA bagi siswa. Semua informasi didukung sumber resmi agar dapat dipercaya dan mudah dipahami.
Apa Itu TKA SMA?

Menurut Pusat Asesmen Pendidikan (Pusmendik) Kemendikbud, Tes Kemampuan Akademik (TKA) adalah asesmen akademis terstandar yang bersifat sukarela dan bertujuan memberikan informasi capaian akademik siswa secara objektif dan adil. TKA dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) sebagai pengganti UN dalam mengevaluasi kemampuan akademis siswa SD, SMP, hingga SMA/SMK. Asesmen ini dirancang untuk mengukur kemampuan akademik siswa secara menyeluruh di berbagai mata pelajaran, dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis, analisis, dan pemecahan masalah, bukan sekadar hafalan. TKA dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan evaluasi yang lebih fair dan non-diskriminatif, mengingat UN dahulu dikritik karena hanya menilai siswa dari satu ujian saja.
Berbeda dengan ujian berstandar sebelumnya, TKA tidak lagi menjadi syarat kelulusan. Siswa yang tidak mengikuti TKA tetap bisa lulus sekolah, karena TKA hanyalah asesmen tambahan yang hasilnya terpisah dari ijazah. Pemerintah menghapus UN sejak 2021 dan sempat menggantinya dengan Asesmen Nasional (AN) yang mengukur literasi, numerasi, dan karakter. Namun, untuk melengkapi evaluasi tersebut, Kemendikbud melalui Kemendikdasmen kini memperkenalkan TKA guna memetakan kemampuan akademik individu siswa pada akhir jenjang pendidikan. Dengan adanya TKA, diharapkan evaluasi pendidikan lebih berfokus pada kompetensi dan kesiapan siswa melanjutkan pendidikan, bukan sekadar lulus atau tidak lulus.
Baca Juga : Bedanya TKA dan TPS : Ternyata Beda Tujuan, Beda Strategi!
Tujuan dan Peran TKA dalam Pendidikan
TKA SMA memiliki peran strategis sebagai bagian dari upaya meningkatkan mutu dan pemerataan pendidikan. Tujuan utama TKA, sesuai Peraturan Mendikdasmen No. 9 Tahun 2025, antara lain:
- Memberikan informasi capaian akademik yang terstandar – Hasil TKA menyediakan data capaian akademik siswa kelas akhir secara objektif sebagai acuan seleksi akademik ke jenjang selanjutnya. Nilai TKA menjadi nilai tambahan (bukan penentu utama) yang dapat diperhitungkan dalam penerimaan peserta didik baru melalui jalur prestasi.
- Menjamin kesetaraan bagi siswa nonformal/informal – Siswa yang menempuh pendidikan nonformal (misalnya paket C untuk SMA) dan informal (homeschooling) juga dapat mengikuti TKA. Dengan demikian, semua jalur pendidikan mendapat akses penilaian yang setara dan hasilnya dapat disetarakan sebagai bahan seleksi.
- Mendorong peningkatan kualitas pendidik – Dengan adanya TKA yang menuntut penalaran tinggi, guru diharapkan terdorong untuk mengembangkan metode pembelajaran dan penilaian yang lebih berkualitas, tidak hanya berfokus pada hafalan semata.
- Bahan penjaminan mutu pendidikan – Data hasil TKA dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam melakukan pemetaan mutu pendidikan di berbagai daerah. Karena sifatnya terstandar nasional, hasil TKA membantu mengidentifikasi kesenjangan atau kebutuhan perbaikan dalam proses pembelajaran.
Secara ringkas, TKA berfungsi sebagai asesmen diagnostik dan sumatif yang tidak memberatkan siswa (karena tidak memengaruhi kelulusan), namun sangat bermanfaat sebagai indikator kemampuan individu. Kemendikbud menegaskan TKA bukan “pengganti UN” secara langsung, melainkan evaluasi dengan fungsi berbeda – yaitu untuk meningkatkan fokus pada kompetensi akademik dan kesiapan melanjutkan studi, alih-alih sekadar lulus sekolah.
Perbedaan TKA dengan Ujian Nasional (UN)
Sebagai pengganti UN, TKA memiliki sejumlah perbedaan mendasar dibanding pendahulunya. Berikut beberapa perbedaan utama TKA vs UN yang perlu diketahui:
- Status Wajib: Ujian Nasional dulu bersifat wajib dan menjadi penentu kelulusan siswa, sedangkan TKA tidak wajib diikuti setiap siswa dan tidak menentukan kelulusan sama sekali. Siswa boleh memilih ikut TKA atau tidak tanpa khawatir tidak lulus sekolah.
- Tujuan Evaluasi: Hasil UN dipakai terutama untuk menyatakan kelulusan dan pemetaan mutu sekolah, sementara hasil TKA digunakan sebagai indikator tambahan untuk seleksi ke jenjang berikutnya (SMP, SMA, atau perguruan tinggi) melalui jalur prestasi. TKA lebih fokus pada pemetaan kemampuan individu siswa sebagai nilai plus dalam seleksi pendidikan lanjut, bukan untuk lulus/tidak lulus.
- Cakupan Materi & Pendekatan Soal: Soal UN cenderung menguji penguasaan materi dan hafalan, karena berbasis kurikulum dengan jawaban tunggal. Sebaliknya, soal TKA menekankan Higher Order Thinking Skills (HOTS) – mengukur kemampuan berpikir kritis, logika, pemahaman konsep, dan penerapan pengetahuan. Misalnya, soal TKA akan lebih banyak menuntut analisis dan pemecahan masalah ketimbang sekadar mengingat rumus atau fakta.
- Mata Pelajaran: UN terakhir kali (tahun 2020) menguji mata pelajaran inti tertentu sama untuk semua, sedangkan TKA memiliki susunan mata pelajaran yang berbeda sesuai jenjang dan pilihan siswa. Pada jenjang SMA, TKA mencakup 3 mata pelajaran wajib + 2 mata pelajaran pilihan (detail dijelaskan pada bagian selanjutnya). Di jenjang SMP/SD lebih sedikit (2 mapel wajib saja). Jadi TKA lebih fleksibel dalam hal mata uji, terutama di SMA yang sudah ada peminatan.
- Dampak Psikologis: Pemerintah menghapus UN antara lain karena dianggap menimbulkan tekanan tinggi dan efek traumatis pada siswa (takut tidak lulus). TKA diharapkan lebih ramah secara psikologis karena tidak ada konsekuensi tinggal kelas. Kata “ujian” pun dihilangkan, diganti “tes kemampuan” untuk menekankan sifatnya yang evaluatif bukan determinatif. Dengan demikian, siswa dapat mengikuti TKA tanpa beban lulus/gagal, melainkan untuk mengetahui kemampuan dirinya.
Dengan perbedaan-perbedaan di atas, TKA menawarkan paradigma baru evaluasi pendidikan yang lebih berorientasi pada peningkatan outcome belajar dan pengembangan potensi siswa, bukan sekadar memenuhi syarat kelulusan. Meskipun tidak wajib, TKA penting diikuti agar siswa memiliki tolok ukur prestasi akademik yang diakui secara nasional untuk modal melanjutkan pendidikan.
Mata Pelajaran yang Diujikan dalam TKA SMA
TKA untuk jenjang SMA/MA/SMK mengujikan lima mata pelajaran dalam satu paket tes. Rinciannya sebagai berikut:
- 3 Mata Pelajaran Wajib: Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris adalah tiga mapel inti yang diujikan untuk semua peserta TKA SMA. Ketiga pelajaran ini dianggap fundamental untuk mengukur kompetensi numerik dan literasi siswa di akhir pendidikan menengah.
- 2 Mata Pelajaran Pilihan: Selain mapel wajib, siswa memilih dua mata pelajaran tambahan (pilihan) yang akan diujikan. Pilihan ini umumnya disesuaikan dengan minat, jurusan di SMA, atau rencana program studi di perguruan tinggi yang diminati. Sebagai contoh, siswa jurusan IPA bisa memilih dua di antara mapel sains (Fisika, Kimia, Biologi); siswa IPS bisa memilih misalnya Ekonomi dan Geografi, dst. Terdapat fleksibilitas bagi siswa menentukan dua mapel yang dikuasai atau relevan dengan karier impian.
Pada jenjang di bawahnya, cakupan TKA lebih sedikit. TKA jenjang SMP dan SD hanya mencakup 2 mata pelajaran, yaitu Matematika dan Bahasa Indonesia. Hal ini mempertimbangkan kompetensi dasar yang ingin diukur pada lulusan SD/SMP adalah literasi dan numerasi. Adapun di SMA, karena siswa sudah mendalami penjurusan, pemerintah kembali menerapkan sistem penjurusan IPA/IPS/Bahasa mulai tahun ajaran 2025/2026 sehingga TKA SMA turut menyesuaikan dengan penjurusan tersebut. Mapel pilihan dalam TKA SMA diambil dari kelompok peminatan siswa; misalnya jurusan IPA dapat memilih mata uji sains, jurusan IPS memilih mata uji sosial. Kebijakan penjurusan yang dihidupkan kembali ini diharapkan memberi struktur jelas dalam persiapan TKA serta relevansi dengan studi lanjutan.
Semua mata pelajaran TKA, baik wajib maupun pilihan, diujikan dengan standar nasional yang ditetapkan Kemendikdasmen. Soal-soal disusun dengan kombinasi tingkat kesulitan untuk mengukur pengetahuan sekaligus kemampuan berpikir tingkat tinggi. Perlu dicatat bahwa hingga pertengahan 2025 kisi-kisi resmi TKA belum dipublikasikan secara detail oleh pemerintah. Namun, esensi yang ditekankan adalah TKA tidak hanya menguji hafalan, melainkan penalaran, sehingga siswa perlu menguasai konsep, bukan sekadar mengingat fakta.
Peserta dan Pelaksanaan TKA SMA
Siapa saja peserta TKA? Tes Kemampuan Akademik ditujukan bagi siswa di akhir jenjang pendidikannya. Artinya, peserta TKA mencakup:
- Kelas 6 SD/MI atau sederajat (untuk TKA SD),
- Kelas 9 SMP/MTs atau sederajat (untuk TKA SMP),
- Kelas 12 SMA/MA atau kelas akhir SMK/MAK (untuk TKA SMA/SMK).
Termasuk juga siswa kelas akhir pada jalur nonformal: program Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), dan Paket C (setara SMA). Bahkan siswa pendidikan informal (homeschooling) di tingkat akhir dapat mengikuti TKA melalui mekanisme pendaftaran yang disediakan. Dengan kata lain, semua murid kelas akhir dari jalur formal maupun nonformal berkesempatan mengikuti TKA sehingga hasilnya dapat digunakan secara setara.
Kapan dan bagaimana TKA dilaksanakan? Untuk pertama kalinya, TKA jenjang SMA/SMK akan dilaksanakan pada 1–9 November 2025 secara serentak di Indonesia. Pelaksanaan TKA selanjutnya diperkirakan dilakukan sekali setahun di akhir semester ganjil kelas terakhir (sekitar November tiap tahun untuk SMA). Seluruh ujian TKA dilaksanakan berbasis komputer (Computer Based Test) di satuan pendidikan masing-masing atau tempat yang ditunjuk. Ini melanjutkan tradisi ujian berbasis komputer yang sebelumnya sudah diterapkan dalam UN CBT maupun Asesmen Nasional.
Dari sisi penyelenggaraan, Kemendikdasmen melalui Pusmendik bertanggung jawab menyelenggarakan TKA SMA/SMK secara terpusat. Artinya, soal dan pengawasan TKA SMA disiapkan oleh pemerintah pusat, sehingga standar kualitasnya seragam secara nasional. Untuk jenjang SMP, pelaksana teknisnya adalah dinas pendidikan pemerintah provinsi masing-masing, sedangkan jenjang SD dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota. Meskipun demikian, bank soal TKA disusun oleh pusat dan daerah secara kolaboratif dengan acuan standar nasional yang ditentukan Kemendikbud. Hal ini agar soal TKA dapat mengakomodasi konten lokal (terutama untuk SD/SMP) tanpa mengurangi kesetaraan standar penilaian.
Peserta TKA umumnya akan didaftarkan melalui sekolah masing-masing. Siswa kelas 12 yang ingin ikut TKA harus memastikan terdata dalam sistem pendataan TKA sekolah. Tes dilaksanakan di lab komputer sekolah atau tempat ujian yang ditunjuk, dengan jadwal per mata pelajaran diatur dalam rentang hari pelaksanaan. Misalnya, satu hari untuk mapel wajib, hari lain untuk mapel pilihan, dsb., dengan pengaturan sesi jika peserta banyak. Karena TKA tidak wajib, siswa yang berhalangan dapat memilih untuk tidak ikut, namun tentunya akan kehilangan peluang mendapatkan sertifikat TKA yang berguna untuk ke jenjang berikutnya.
Hasil TKA dan Kegunaannya

Sumber Gambar : jpnn.com
Apa output dari TKA? Setiap peserta yang mengikuti TKA akan memperoleh Sertifikat Hasil Tes Kemampuan Akademik (SHTKA) yang diterbitkan resmi oleh Kemendikdasmen. Sertifikat ini memuat nilai atau skor TKA siswa untuk tiap mata pelajaran yang diujikan, lengkap dengan kategori capaian (semacam predikat atau klasifikasi hasil, misalnya Baik, Cukup, dsb.). Penting dicatat, SHTKA terpisah dari ijazah dan tidak mempengaruhi ijazah kelulusan. SHTKA murni sebagai dokumen tambahan yang merekam capaian akademik standar nasional siswa tersebut.
Lalu, untuk apa hasil TKA digunakan? Meskipun tidak mempengaruhi kelulusan, nilai TKA punya peran penting sebagai salah satu kriteria seleksi pendidikan selanjutnya. Berikut pemanfaatan hasil TKA di tiap jenjang:
- Hasil TKA SD – dipakai sebagai salah satu syarat seleksi penerimaan peserta didik baru (PPDB) jalur prestasi ke jenjang SMP/MTs. Siswa SD yang memiliki nilai TKA akan mendapatkan pertimbangan lebih (sebagai prestasi akademik) saat mendaftar ke SMP favorit melalui jalur prestasi.
- Hasil TKA SMP – menjadi salah satu syarat seleksi masuk SMA/SMK/MA jalur prestasi di berbagai daerah. Dengan kata lain, nilai TKA SMP bisa membantu siswa mendapatkan kursi di SMA tujuan tanpa tes masuk tambahan, karena sudah ada bukti capaian akademik standar nasional.
- Hasil TKA SMA – dijadikan salah satu pertimbangan dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi, khususnya untuk jalur prestasi akademik. Kemdikbud telah mengisyaratkan bahwa skor TKA SMA akan terintegrasi sebagai indikator penilaian dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) untuk masuk PTN. Artinya, siswa kelas 12 yang mengikuti TKA dan mendapatkan nilai tinggi berpeluang lebih besar lolos seleksi jalur prestasi ke perguruan tinggi negeri, dibanding yang tidak ikut atau nilainya rendah.
Dengan kegunaan di atas, meskipun opsional, TKA sangat disarankan diikuti oleh siswa. Hasil TKA berperan sebagai nilai tambah (bonus) yang dapat meningkatkan peluang siswa melanjutkan pendidikan ke sekolah atau kampus unggulan. Bahkan di luar keperluan seleksi, SHTKA menjadi bukti pencapaian akademik personal yang bisa digunakan untuk melamar beasiswa atau sekadar tolak ukur kemampuan diri di akhir sekolah.
Sebagai data nasional, hasil TKA juga membantu pemerintah memetakan mutu pendidikan antar daerah. Namun, perlu diingat bahwa fungsi TKA tidak untuk membandingkan sekolah secara ranking seperti UN dahulu, karena partisipasi TKA boleh jadi tidak 100% dan sifatnya tidak wajib. TKA lebih menekankan diagnostik individu; setiap siswa dapat melihat peta kekuatan dan kelemahan akademiknya dari hasil TKA sebagai masukan sebelum masuk jenjang berikut (misal, jika nilainya kurang di literasi, bisa memperbaiki di perguruan tinggi).
Simulasi dan Persiapan TKA
Menghadapi pelaksanaan perdana TKA SMA pada November 2025, pemerintah dan instansi pendidikan telah menyiapkan langkah-langkah agar siswa dapat beradaptasi dengan format tes ini. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Pusmendik menyediakan simulasi TKA online gratis yang bisa diakses oleh siswa kapan saja sebagai latihan. Link resmi simulasi TKA adalah pusmendik.kemdikbud.go.id/tka/simulasi_tka. Di laman tersebut, siswa dapat mencoba soal-soal TKA dengan cara: memilih jenjang (SD/SMP/SMA), memilih mata pelajaran wajib atau pilihan, lalu mengerjakan tes latihan berbasis komputer yang sudah disediakan. Setiap selesai latihan, sistem memberikan skor sehingga siswa bisa mengukur kemampuannya.
Selain simulasi resmi, banyak platform belajar juga menyediakan tryout TKA untuk membantu siswa terbiasa dengan tipe soal. Materi yang diujikan TKA memang belum diumumkan secara detail, tetapi guru dan siswa disarankan fokus memperkuat fondasi pengetahuan dan kemampuan bernalar sejak sekarang. Beberapa tips persiapan yang dapat dilakukan siswa SMA antara lain:
- Belajar Konsep Dasar, Bukan Hafalan – Pastikan memahami konsep inti di Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan mata pelajaran pilihan. Misalnya, kuasai operasi aljabar dasar, pemahaman bacaan, kosakata bahasa asing, dsb., karena konsep inilah yang akan diuji, bukan sekadar hafal rumus.
- Review Materi SMP bila Perlu – Jika menemui kesulitan pada materi SMA, jangan ragu mengulang materi prasyarat dari jenjang SMP atau SD. Fondasi yang kuat (contoh: aritmetika dasar, pemahaman bacaan dasar) akan sangat membantu menyelesaikan soal TKA yang menuntut logika.
- Latihan Soal HOTS Secara Rutin – Kerjakan latihan soal tipe Higher Order Thinking agar terbiasa berpikir kritis. Pilih soal yang menantang kemampuan analisis, bukan hanya mengingat fakta. Dengan banyak berlatih, siswa bisa meningkatkan kecepatan dan ketepatan dalam berpikir saat tes sesungguhnya.
- Jaga Manajemen Waktu & Mental – Biasakan mengerjakan soal dalam waktu terbatas untuk melatih manajemen waktu ujian. Bangun kebiasaan belajar yang konsisten setiap hari dan jaga mindset positif. Ingat bahwa TKA bukan sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan kesempatan menunjukkan kemampuan terbaik tanpa risiko gagal lulus.
Persiapan yang matang akan membuat siswa lebih percaya diri menghadapi TKA. Pada akhirnya, TKA hadir bukan untuk membuat siswa stres, tetapi sebagai evaluasi perkembangan akademik. Dengan mencoba simulasi resmi dari Pusmendik dan memperkuat kemampuan berpikir, siswa dapat menyambut TKA SMA dengan optimisme.
Baca Juga : Apa Itu TKA Saintek? Simak Penjelasan dan Contoh Soalnya
Sistem TKA SMA merupakan langkah inovatif pemerintah dalam mengevaluasi kemampuan akademik siswa secara lebih komprehensif dan humanis. TKA menggantikan UN mulai tahun 2025 dengan pendekatan yang tidak memaksa dan tidak menghukum, namun tetap memberikan manfaat besar bagi siswa yang mengikutinya. Singkatnya, TKA itu tidak wajib, tidak menentukan lulus, tapi penting. Penting karena hasilnya dapat menjadi “nilai plus” untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, sekaligus sebagai cermin kemampuan diri siswa setelah menempuh pendidikan di SD, SMP, atau SMA.
Sebagai asesmen nasional sukarela, TKA mendorong siswa untuk belajar dengan pemahaman mendalam, guru untuk mengajar dengan fokus pada kompetensi, dan orang tua untuk tidak lagi khawatir soal kelulusan anak. Menurut Kemendikbud, adanya TKA diharapkan membuat sistem evaluasi pendidikan semakin adil, objektif, dan berorientasi pada masa depan. Siswa SMA tahun ini patut memanfaatkan kesempatan TKA perdana sebagai ajang unjuk kemampuan terbaik. Dengan persiapan yang baik dan dukungan fasilitas simulasi resmi, TKA SMA bukan lagi momok, melainkan batu loncatan menuju prestasi akademik yang lebih tinggi. Semua fakta di atas kiranya memberikan gambaran jelas bahwa Sistem TKA SMA adalah kebijakan baru yang patut dipahami, agar setiap pihak terkait – siswa, guru, dan orang tua – dapat mengambil manfaat maksimal dari asesmen penting ini.
Program Premium SNBT Cerebrum 2025
“Semakin sering latihan soal akan semakin terbiasa, semakin cepat, semakin teliti dan semakin tepat mengerjakan soal SNBT 2025 ” 🌟
Kunci sukses SNBT adalah membiasakan diri mengerjakan ribuan tipe soal SNBT seperti anak bayi yang belajar berjalan terasa berat diawal dan akan terbiasa bila terus dilatih hingga bisa berlari kencang.
📋 Cara Membeli dengan Mudah:
- Unduh Aplikasi Cerebrum: Temukan aplikasi Cerebrum di Play Store atau App Store, atau akses langsung melalui website.
- Masuk ke Akun Anda: Login ke akun Cerebrum Anda melalui aplikasi atau situs web.
- Pilih Paket yang Cocok: Dalam menu “Beli”, pilih paket bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Pastikan untuk melihat detail setiap paket.
- Gunakan Kode Promo: Masukkan kode “BIMBELSNBT” untuk mendapat diskon spesial sesuai poster promo
- Gunakan Kode Afiliasi: Jika Anda memiliki kode “RES2520”, masukkan untuk diskon tambahan.
- Selesaikan Pembayaran: Pilih metode pembayaran dan selesaikan transaksi dengan aman.
- Aktivasi Cepat: Paket Anda akan aktif dalam waktu singkat setelah pembayaran berhasil.